Bromo, siapa yang tidak tertarik untuk pergi ke sana. Dari kabar-kabarnya saja seperti negeri di atas awan, cungkup gunungnya tertata apik bersama dengan awan yang menari di sekelilingnya. Yah ternyata setelah saya melihat dengan mata kepala sendiri keindahan itu melebihi dari kabar-kabar yang selama ini terdengar telinga.
Sebelum matahari merangkak ke penghujung langit tertinggi, semburat merah seperti pedang menghunus cakrawala di sisi timur. Dingin tak terasa, menunggu sang penghangat pagi tersenyum menyapa pengunjung di puncak pananjakan.
Ketika yang ditunggu tiba, pemandangan kawasan Bromo Semeru menjadi lebih sempurna. Tak ingin mata ini melirik yang lain. Kamera dari berbagai sisi tak henti-hentinya menyimpan satu-persatu memori gambar pagi itu. Maha besar Allah yang telah menciptakan keindahan ini semua.
Sayangnya pukul enam pagi kita sudah diinstruksikan oleh pemandu untuk segera turun menuju kawasan gunung Bromo. Tapi jangan lupa sempatkan minum kopi atau sekedar makan jagung bakar sebelum perjalanan dilanjutkan. Sensasi menikmati dingin, pemandangan hijau dan panas kopi itu sungguh luar biasa.
Dari pananjakan jalanan akan terus menurun dan berkelok-kelok menuju kawasan pasir gunung Bromo. Ada beberapa titik yang akan dikunjungi. Biasanya dalam hal ini si sopir Hartop akan menanyakan tujuan mana yang akan kita pilih terlebih dahulu.
Beberapa titik tersebut antara lain:
Padang savanna atau gunung teletabis, dinamakan gunung teletabis karena dari jauh terlihat seperti perbukitan yang ada di film teletabis. Bukit-bukitnya seperti tertutup permadani hijau. Luas, hijau rata tanpa ada satu pohon pun yang menaunginya.
Perjalanan dilanjutkan menuju pasir berbisik, kawasan di sini berupa padang pasir yang lebih padat. Masih sangat terlihat jelas, entah itu guratan yang tercipta dari sisa aliran air hujan atau angin. Tetapi menurut saya seperti bekas guratan perjalanan air hujan. Kawasan ini menjadi sangat terkenal karena pernah menjadi lokasi pengambilan film pasir berbisik.
Tak terasa sudah hampir pukul 10 siang. Tujuan terakhir tinggal ke kawah Bromo. Saat sampai di sana dan melihat puncak kawah Bromo, dengan membayangkan harus melewati ratusan anak tangga, rasanya kaki ini sudah lunglai. Capek sudah cukup mendera, belum sinar mentari saat itu terasa kering dan gersang.
Bila tidak ingin terlalu capek sebenarnya bisa dengan menyewa kuda, tetapi niat tersebut saya urungkan. Saya lebih memilih duduk-duduk di pura dan melihat kekokohan gunung Batok. Sebenarnya terasa sayang tidak naik ke kawah Bromo, tetapi niat saya memang langsung surut melihat tanjakan yang harus saya lampaui apalagi di siang hari.
Dari pengalaman yang saya alami ketika ke sana, saya ingin berbagi beberapa tips bagi teman-teman yang ingin melakukan perjalanan ke gunung Bromo. Antara lain:
1. Bawa perlengkapan pakaian yang siap di udara dingin, seperti jaket, topi yang sampai menutupi telinga, kaus tangan, sepatu olahraga plus kaos kakinya. Tapi andaikan tidak sempat mempersiapkan dari rumah, bisa membeli di lokasi, tapi jangan lupa ditawar ya.
2. Bila akan naik menggunakan Hartop ke pananjakan bisa berangkat lebih awal. Hal ini mengantisipasi bila hari liburan seperti sabtu dan minggu saat pengunjungnya membludak. Hartop yang kita tumpangi bisa mencari tempat parkir yang jauh lebih dekat dengan lokasi, sehingga kita tidak terlalu capek untuk naik sampai puncak pananjakan. Pengalaman dari yang pernah saya alami, Hartop yang saya sewa datangnya terlambat sehingga Hartop kami memperoleh parkir di ujung bawah, jauh dari lokasi. Bukannya hawa dingin yang kami rasakan tetapi gerah kepanasan karena terlalu capek menanjak akibat jaraknya yang terlalu jauh.
3. Terkait dengan rute yang kita kelilingi di kawasan gunung Bromo, saran saya dahulukan untuk menuju kawah Bromo, karena bila tujuan ke kawah Bromo diakhirkan, maka sampai sana sudah pasti siang hari. Walaupun di sana siang hari tetap terasa dingin namun, kebulan pasir dari beberapa roda Hartop yang lewat bisa menyurutkan langkah untuk naik ke kawah Bromo, belum lagi jika cuaca cerah sengatan matahari tampak membuat jalanan ke kawah Bromo terasa gersang. Ada pilihan untuk kita tidak perlu melewati ratusan anak tangga ke puncak kawah Bromo yaitu dengan menyewa kuda. Tetapi bagi yang ingin menghemat ongkos dan tetap semangat menuju kawah Bromo, sebaiknya dahulukan tujuan ke kawasan tersebut sebelum menuju padang savanna atau pasir berbisik
4. Bagi teman-teman yang memilih berkendara menggunakan sepeda motor untuk mengelilingi kawasan Bromo. Maka jadilah pengemudi yang handal karena kawasannya berpasir. Kedua ingat-ingat rutenya, atau ikuti Hartop yang melintas karena ditakutkan tersesat di area tersebut.
Saya masih ingin untuk kembali ke pesona indah Bromo, karena masih ada satu PR yang belum saya kerjakan yaitu melampaui puncak kawah Bromo dengan berjalan kaki. Oke semoga pengalaman saya ini bisa bermanfaat bagi teman-teman yang ingin berkunjung ke Gunung Bromo. Salam traveling….